Menanggapi Tulisan Tentang Sindikat Scammer

 Membaca tulisan Mba Mutia tentang bagaimana cerita nyata sesama kaum kita ditipu oleh para pria asing, tulisan tersebut merupakan ilmu untuk kita bagi para perempuan agar lebih bijak dan berhati-hati. Tetapi di sini saya tidak akan membahas atau memberi tanggapan bagaimana dulu proses saya bisa berkenalan dan mendapatkan pria asing berkualitas. Bukan itu.
Yang ingin saya tanggapi adalah komentator yang menghujat orangtua dari korban yang bernama Ginuk. Sesaat kita fokuskan kepada orangtua. Dimana banyak komentar pedas dan bullyan kepada orangtua korban. Dari semua komentar yang saya baca hampir keseluruhannya menyalahkan orangtua Ginuk. Menyudutkan orangtua yang memberikan ijin kepada anaknya Ginuk untuk pergi berlibur ke Bali bersama dengan bukan mahromnya.
Baik, kenapa kita selalu terbiasa melihat sisi suatu masalah hanya karena bukan dari kalangan kita? As we know (
seperti yang kita tahu budaya hidup bule menganut paham liberalisme dan freedom ) mereka bebas melakukan hubungan s**s di luar nikah, bahkan mereka bebas menentukan apa mereka ingin menikah atau tidak tetapi memiliki anak. Pasangan tanpa pernikahan, dimana anak-anak tersebut sah sebagai anak pasangan orangtua yang tidak menikah tersebut.
Jadi, kita memahami itu merupakan gaya hidup orang barat, kita orang timur yang kental akan adab, dan agama sangat bertolak belakang bukan? Namun untuk para komentator yang menghujat orangtua Ginuk, ada satu yang ingin saya sampaikan. Bahwa gaya hidup yang saya tuliskan di atas sudah merupakan bagian gaya hidup anak-anak Indonesia saat ini, anak-anak kita. Kepada kita yang menghujat oragtua Ginuk dasar kita menghujat hanya karena Ginuk bersama Dave belum menikah masih sebatas berpacaran lalu diijinkan oleh orangtua pergi berlibur berdua. Duhai para ibu, ayah ( saya juga seorang ibu ) berapa banyak anak muda sekarang bahkan di bawah umur sudah berpacaran dengan gaya pasangan suami istri termasuk hal-hal yang hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri sah.

Ini bukan lagi soal Ginuk yang naif, bukan lagi soa orangtua Ginuk yang bodoh yang memperbolehkan anak perempuannya pergi berdua bersama dengan bukan mahromnya. Tetapi ini tentang 'kita' bisakah kita melihat hal yang yang terjadi dengan Ginuk kepada anak muda pribumi yang belum halal tetapi sudah pergi berlibur berduaan. Apa kita sudah mencoba mengingatkan tetangga, saudara, teman bahkan mengingatkan diri kita sendiri sebagai orangtua bahwa dalam Islam tidak ada pacaran? Atau menegur mereka yang sudah menjadi orangtua agar tidak membiarkan anak gadisnya pergi berduaan? Atau menegur anak gadis kita? Anak lelaki kita? Untuk tidak mendekati zina?
Saya bukan orang yang suci, bukan. Tetapi tulisan mba Mutia bukan hanya membuka memoar wanita-wanita yang tertipu oleh para pria yang mereka kira baik. Penipu, penzinah, pengeretan bukan hanya saja milik orang-orang luar, tetapi pribumipun sama dan ada.

Buat saya, tulisan Mba Mutia membuka wajah baru dari para komentar. Wajah baru untuk kita sebagai orangtua untuk lebih baik lagi, bukan hanya kepada anak sendiri, tetapi ke anak-anak lain. Kita juga orangtua seperti orangtua Ginuk yang dengan segala keterbatasan dan kekurangan sebagai manusia pasti akan melakukan kesalahan. Termasuk kita, karena tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan.
Yuk, berhenti menghakimi orangtua Ginuk atau orangtua-orangtua lainnya. Berhenti membully Ginuk dengan kenaifannya. Terkadang ada beberapa manusia harus merasakan terporsok dahulu agar bisa sadar, atau yang lebih buruk 'Eye for Eye' manusia yang seperti ini baru bisa sadar ketika dia merasakan kejadian buruk kepadanya seperti kejadian kepada orang lain lalu dia membullynya. Mata untuk mata, tangan untuk tangan, air mata untuk air mata, darah untuk darah. Semoga kita terhindar dari itu semua.

Teruntuk kalian yang mencari cinta atau pasangan dalam atau luar negeri. Tetap berhati-hati, masing-masing ada resikonya. Menikah itu pilihan, dan pilihan ingin menikah dengan pribumi dan non pribumi adalah pilihan tiap-tiap orang.
Oh teruntuk kalian yang sedang dekat dengan pria asing, tidak ada salahnya kalian bertanya nama lengkap pasangan dan melakukan internet search. Karena biasanya untuk beberapa negara akan ada tree family seperti organization chart keluarga nama bapak, ibu, adik, nama pasangan kalian. Jika kalian memilih nama pasangan kalian akan keluar beberapa informasi, seperti alamat, no telepon bahkan pasangan (jika sudah memiliki pasangan)

0 Response to "Menanggapi Tulisan Tentang Sindikat Scammer"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel